Pembayar Pajak Adalah Manusia Terbaik

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Sepenggal hadits itu dulu selalu diucapkan oleh guru saya sebelum beliau mulai mengajar, setiap hari, kecuali malem Jumat yang merupakan hari libur ngaji.

Sekarang setelah bertahun-tahun kemudian, hadits yang sama sering saya ucapkan setiap kali melakukan penyuluhan tentang pajak. Tentunya bukan tanpa sebab, “Sampeyan, para pembayar pajak, adalah manusia terbaik, karena di negara ini, sampeyan lah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain.”

Pajak adalah urunan sampeyan semua, seluruh rakyat Indonesia, yang hasilnya juga akan dinikmati seluruh rakyat Indonesia, termasuk sampeyan sendiri tentunya.

Ndak percaya? Monggo sampeyan lihat gambar di bawah

grafik APBN 2015

Pada tahun 2015, di antara rencana penerimaan negara sebesar Rp 1.793 triliun, pajak diharapkan menyumbang sebesar Rp 1.201 triliun, atau sekitar 67%. Dengan porsi penerimaan sebesar itu, lha mbok yakin, negara ini ndak akan jalan tanpa pajak. Sampeyan bayangkan jadi buruh, trus sampeyan ndak bayaran sebulan, kurang lebih seperti itulah negara tanpa pajak, mumet level juara.

Dari penerimaan negara sebesar itu, kemudian dibagi-bagi menjadi kurang lebih seperti gambar di bawah

belanja APBN 2015

Seumpama ada polisi nguber maling trus malingnya ketangkep, Insya Allah ada bagian pahala sampeyan di situ, karena bensin yang dipakai buat ngejar maling dibelinya dengan urunan pajak sampeyan.

Sampeyan lihat jalan raya di tempat sampeyan, selama jalan itu masih dilewati orang, Insya Allah ada bagian pahala sampeyan juga di situ. Karena pasir, batu, aspal, yang dipakai untuk mbangun jalan itu dibelinya dengan urunan pajak sampeyan.

Anak saya tiap pagi sebelum berangkat sekolah saya suapi. Dan percaya ndak percaya, di tiap suapannya, ada bagian pahala sampeyan, karena makanan itu saya beli dari gaji yang dibayarkan dari hasil urunan sampeyan.

Piye? Mantab sekali kan sampeyan, para pembayar pajak.

Tapi mungkin sampeyan ada yang agak ngedumel dalam hati. Kok yang di situ jalannya kurang bagus, kok yang di sana fasilitas umumnya kurang, dan semacamnya, dan sebagainya.

Nggih nuwun sewu…

Anggaran pendapatan dan belanja negara kita ini sampai sekarang masih menganut sistem APBN sarung.

Apa itu APBN sarung?

Sampeyan pernah selimutan pakai sarung? Selimutan pakai sarung itu kalo kakinya ditutup, kepalanya terbuka, kalo kepalanya ditutup, kakinya ndak nutup. Alias pendapatan negara ini memang belum cukup untuk menutupi semua kebutuhan rakyat.

Dan sampeyan mau tau alasannya?

Nggih nuwun sewu lagi…

Itu karena masih ada tetangga-tetangga sampeyan yang belum mau bayar pajak, atau mau bayar pajak tetapi dengan nilai yang belum mencerminkan keadaan sebenarnya.

Jadi monggo, kita bayar pajak dengan benar dan ikhlas. Ajak juga teman, saudara, dan tetangga sampeyan yang masih belum bayar pajak, biar negara ini beserta seluruh rakyatnya lebih cepat sejahtera.

Tentu sampeyan mau kan, jadi sebaik-baik manusia?

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

2 Responses to Pembayar Pajak Adalah Manusia Terbaik

  1. d&d says:

    …nggih….leress…..

    Like

  2. Bahasanya oke bangeet.. Suka 🙂

    Like

Leave a comment